Showing posts with label etiologi. Show all posts
Showing posts with label etiologi. Show all posts

Wednesday, August 5, 2009

kista paru

Kista, menurut DR. dr. T. Z.Jacoeb, SpOG-KFER, berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal di seluruh tubuh. Jadi sebenarnya kista tak hanya bisa tumbuh di indung telur atau di ujung saluran telur (fimbria) namun juga di kulit, paru-paru, usus bahkan otak. Bila produksi cairan di dalam kantong kista bertambah maka kista pun akan membesar. "Lambat laun kantong kista menipis dan sangat mungkin pecah. Sama halnya dengan balon yang rawan pecah saat ditiup semakin besar, " tambah Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Klinik Fertilitas & Menoandropause, SamMarie, Jakarta ini.
Faktor pemicu kista saat ini banyak sekali, di antaranya pencemaran udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Kondisi ini merupakan pemicu munculnya kista.
Kalau dalam satu keluarga ada kerabat dekat, seperti adik ibu, yang mengidap kista paru, maka gampang ditebak bahwa yang bersangkutan punya bakat kista di parunya. Makanan yang mengandung lemak tinggi pun bisa menjadi zat penyubur tumbuhnya kista. "Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak dipecah dalam proses metabolisme tubuh.
Kelainan kongenital kista paru sering dijumpai secara tidak sengaja. Biasanya pada janin kelainan ini ditemukan pada pemeriksaan ultrasonografi. Gejala yang ditemukan intrauterin berupa hidrop fetalis, kelainan jantung, polihidramion dan adanya kelainan kongenital lain. Insiden secara pasti tidak diketahui, di duga sebesar 25% dari keseluruhan kelainan kongenital paru janin
Kista paru merupakan salah satu penyakit yang cukup sering terjadi. Di kalangan perokok khususnya, penyakit ganas ini telah menjadi ancaman utama. Kista paru ditandai oleh adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada paru-paru. 7,9.
Anatomi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar.
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. 1,2,3,4
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan. 5

Definisi
Kista paru adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal di paru-paru. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. 2,3,4
Para dokter memperkirakan adanya hubungan antara gen dengan kista paru. Untuk membuktikannya, kemudian dilakukan berbagai penelitian baik berupa riset epidemiologik sampai percobaan binatang. 5
Anatomi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar.
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. 1,2,3,4
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa.

efusi pleura 2

ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda, yaitu :
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.

Di Indonesia penyebab utama efusi pleura yang terbanyak adalah tuberkulosis dan kemudian disusul oleh keganasan (Amin,dkk.1989). Di NTB prevalensi kasus tuberkulosis paru adalah 4070 kasus atau 110 per 100.000 penduduk (Gerudug, 1999).
Dari hasil pencatatan di Rumah Sakit Umum Mataram selama kurun waktu 6 bulan (Oktober 1999 sampai Maret 2000), dilaporkan pasien poli paru yang datang 513 kasus (tuberkulosis, haemoptu dan pneumonia). Penderita dengan efusi pleura hanya 9 kasus (1,7%).

Penyebab lain dari efusi pleura adalah :
Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

Patogenesis
Cairan pelicin yang terdapat di dalam rongga pleura individu normal dihasilkan oleh suatu anyaman pembuluh kapiler permukaan pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura viseralis dengan kecepatan yang seimbang dengan kecepatan pembentukannya. Oleh karena itu, gangguan apapun yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya kecepatan proses pembentukan cairan ini akan menimbulkan penimbunan cairan secara patologik di dalam rongga pleura(3,7).
Beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis efusi pleura keganasan adalah(4) :
1. infiltrasi sel-sel secara langsung pada pleura,
2. penyumbatan pembuluh getah bening atau vena,
3. penyumbatan bronkus disertai dengan atelektasis,
4. pneumonia pasca-obstruksi yang disertai dengan efusi parapneumonik,dan
5. hipoproteinemia yang berat.

Di samping itu, cairan asites keganasan juga dapat mengalir secara langsung ke dalam rongga pleura melalui pembuluh getah bening atau suatu lubang makroskopik pada diafragma(3,6).

Patofisiolgi
Efusi pleura adalah suatu indikator proses patologi yang mungkin berhubungan dengan paru-paru atau dari sistem organ/ bagian tubuh yang lain atau penyakit sistemik. Mungkin terjadi pengaturan penyakit kronis atau akut.
Cairan pleura normal mempunyai karakteristik sebagai berikut: ultrafiltrasi plasma, pH 7.60-7.64, kandungan protein kurang dari 2% ( 1-2 g/dL), lebih sedikit dibanding 1000 milimeter WBCS berbentuk kubus, glukosa yang jumlahnya sama dengan plasma, laktat dehydrogenase ( LDH) kurang dari 50% plasma dan sodium, konsentrasi kalium dan zat kapur serupa dengan cairan interstitial.
Fungsi cairan pleura prinsipnya adalah untuk menyediakan suatu permukaan bebas terhadap gesekan kedua pleura sebagai jawaban atas perubahan volume paru-paru dan pernapasan. Mekanisme yang berikut berperanan dalam pembentukan efusi pleura :
Permiabilitas yang diubah oleh selaput pleural ( misalnya, proses inflamasi, penyakit neoplastik, pulmonary embolus)
Pengurangan dalam tekanan onkotik intravascular ( misalnya, hypoalbuminemia, sirosis hepatik)
Peningkatan permiabilitas kapiler atau gangguan vaskuler ( misalnya, trauma, penyakit neoplastik, infeksi, infark paru, hipersensitif terhadap obat, uremia, pancreatitis)
Tekanan hidrostatik kapiler yang meningkat dalam peredaran paru-paru dan/atau yang systemic ( Congestive Kegagalan [hati/jantung], sindroma vena cava superior
Tekanan hidrostatik kapiler meningkat pada sistemik dan sirkulasi paru-paru.
Berkurangnya tekanan pada ruang pleura misalnya pada atelektasis ekstensif, mesothelioma
Cairan yang meningkat dalam rongga peritoneal, bermetastase ke sembarang rongga yang mengandung getah bening misalnya, sirosis hepatis, dialisis peritoneal.
Pergerakan cairan dari udem paru berhubungan dengan pleura visceral
Penyebab iatrogenik seperti central line misplacement.

Manifestasi Klinis
Pada anamnesis lazim ditemukan keluhan nyeri dada dan sesak (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya). Rasa nyeri membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernafas dangkal atau tidur miring ke sisi yang sakit. Sesak nafas dapat ringan atau berat, tergantung pada proses pembentukan efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan yang mendasari timbulnya efusi.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :
batuk
cegukan
pernafasan yang cepat
nyeri perut.

Gambaran Radiologik
Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor penyebabnya(2,3).