Thursday, August 6, 2009

management diabetes tipe 2

Diabetes Mellitus - Nutritional Guidelines
 
 
 
  #        Desirable
body weight:
  - Males: 106 lb
for 1st 5 feet, then 6 lb per inch
  - Females: 100 lb
for 1st 5 feet, then 5 lb per inch
  - Add or subtract
10% for large or small frames
  - Physician should
write the diet prescription indicating total calories, nutrient distribution,
and special requirements
 
 
 
Diabetes Mellitus- Nutritional Guidelines
 
 
 
              #        Carbohydrate:
  - 40 - 60% Reduce for hypertriglyceridemia
            #        Protein:
  - 10 -20%
  #          Fat:
            - Less than 30%
            a.             
Saturated less than
10%
            a.             
Polyunsaturated less than
10%
            a.             
Monounsaturated less than
20%
            - Cholesterol less than 300mg/dy
            - Sodium less than 300mg/dy
            - Fiber 20-35g/dy
 
 
 
Exercise and Diabetes
 
 
 
  #        Adjunct to
diet and/or drug therapy
  #        Improves
glycemic control
  #        Maintains
weight loss
  #        Reduces
cardiovascular risk factors
  #        Psychological
well being increased
  #          Pre
exercise evaluation important
  #        Stress ETT
if indicated
 
 
 
Pharmacologic Therapy of Type 2 Diabetes
 
 
 
  #          Oral
hypoglycemic agents
  #        Sulfonylureas
  - 1st generation
  - 2nd generation
  - "New"
second generation agents - Glucotrol XL; glimepiride
  #        Biguanides
  - Metformin
  #        Alpha
glucosidase inhibitors
  - Acarbose
  #        Thiazolidinediones
  - Troglitazone
  #        Insulin
  #        Insulin
plus oral agents
 
 
 
Sulfonylureas: Mechanisms of Action
 
 
 
  #        Enhanced
insulin secretion
  - Direct beta cell
effects
  #        Proposed
enhancement of insulin action
  - May potentiate
glucose metabolism in muscle and insulin-stimulated glucose uptake
  #        Effects
correlate with reduced hepatic glucose production
 
 
 
Sulfonylureas
 
 
 
  #          1st
generation
  - Relatively low
potency
  - Some with long
duration of action (chlorpropamide)
  - Many drug-drug
interactions
  #          2nd
generation
  - Higher initial
efficacy (60-80%)
  - Fewer drug-drug
interactions
  - Still with
likelihood of hypoglycemia with long acting agents (glyburide)
 
 
 
Sulfonylureas - 1st Generation
 
 
 
  #        Multiple
agents: tolbutamide, tolazamide, chlorpropamide, acetohexamide with active
metabolites
  #        Drug-drug
interactions
  #        Hyponatremia
(chlorpropamide)
  #        Prolonged
hypoglycemia
  #        Alcohol
flush
 
 
 
Sulfonylureas - 2nd Generation
 
 
 
  #          High
efficacy: 60-80% effective
  #          Free
water diuresis
  #        Inactive
metabolites
  #          No
alcohol flush
  #        Fewer
drug-drug interactions
  #          Still
potential for prolonged hypoglycemia
  #          New
formulations with altered absorption profiles
  - Glucotrol XL
  - Glimepiride
 
 
 
 
Sulfonylureas: Administration
 
 
 
  #          Start
with lowest effective dose
  #        Increase
dose every 1 - 2 weeks until control achieved
  #        Patients
who respond to therapy usually respond to submaximal dose of agent
 
 
 
 
Sulfonylureas- When to Avoid
 
 
 
  #        Allergy
  #        Severe
renal or hepatic disease
  #        Recurrent
hypoglycemia
  #        Alcoholism
  #        Avoid
long-acting, potent agents in the very elderly or malnourished
  #        Sulfonylureas
and cardiovascular disease
  - No clear
evidence of potentiation of myocardial disease with OHAs despite early study
(UDGP) to the contrary
 
 
 
 
Metabolic Effects of Metformin
 
 
 
  #        Lowers
fasting plasma glucose by 20-30% mainly by reducing hepatic gluconeogenesis
  #        Improves
insulin sensitivity- may increase insulin levels because of reduction in
glucose toxicity
  #        Combination
therapy with sulfonylureas has additive effects with further lowering of blood
glucose by 20-30%
  #        Lowers
total and LDL cholesterol and triglycerides by about 5%
  #          May
cause some weight loss - mainly adipose tissue
  #          No
change in BP
  #          No
change in serum lactate concentrations -
  - increases lactate
oxidation -
  - decreases lactate
conversion to glucose
  - reported
incidence of lactic acidosis - 3 per 100,000 patient years (patients had renal
dysfunction)
                                #        Lowers
vitamin B12 levels but anemia is rare
 
 
 
 
Adverse Effects of Metformin
 
 
 
  #        Common and
persistent:
  - Early satiety
and anorexia
  - Abdominal
bloating and discomfort
  #        Common and
usually transient:
  - Flatulence
  - Nausea Diarrhea
  - Metallic taste
in mouth
  #        Rare:
  - Vitamin B12
deficiency
  - Persistent
diarrhea
  - Lactic acidosis
 
 
 
 
Metformin - Contraindications
 
 
 
  #        Metabolic
acidosis
  #        Renal
disease
  - Creatinine >
1.5 (males); > 1.4 (females)
  #        Liver
disease
  #        Alcohol
abuse
 
 
 
Contraindications to Metformin
 
 
 
  #        Acute
renal failure
  #        Hypoxia
  #        Cardiovascular
collapse
  #        Acute
myocardial infarction
  #        Severe
infection
  #          Use of
contrast iodine media
  #        Surgery
 
 
 
Acarbose(Precose)
 
 
 
  #        Alpha-glucosidase
inhibitor
  #        Delays
carbohydrate absorption and reduces postprandial hyperglycemia
  #        Preprandial
administration
  #        Starting
dose at 25 mg (before one or all meals) to a maximum of 100 mg with the first
bite of e

Wednesday, August 5, 2009

kista paru 3

Diagnosa
Alat utama untuk mendiagnosa kista paru adalah radiology, bronkoskopi dan sitologi. Jika seseorang mengalami batuk yang menetap atau semakin memburuk atau gejala paru-paru lainnya, maka terdapat kemungkinan terjadinya kista paru-paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya bayangan pada rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukkan gejala. Rontgen dada bisa menemukan sebagian besar kista paru, meskipun tidak semua bayangan yang terlihat merupakan kista. 1,2,3,4
Pengambilan foto dada serial setiap 6 bulan ternyata dapat mendiagnosa secara dini adanya kista paru, dengan minimal lesi mempunyai ukuran ± cm untuk dapat terlihat secara radiologis. Tomografi yang dilengkapi dengan computer membantu untuk membedakan lebih lanjut lesi yang dicurigai.
Bronkoskopi dengan biopsi merupakan teknik yang paling berhasil untuk mendiagnosa karsinoma sel skuamosa yang umumnya terletak sentral.
Biopsi kelenjar getah bening skalenus paling berhasil untuk diagnosis kanker yang tidak tercapai oleh bronkoskopi. CT scan bisa menunjukkan bayangan kecil yang tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening dan penyebarannya. Prinsipnya adalah : 3,4
Menggunakan berkas tipis sinar X untuk membuat potongan axial dari tubuh
Sinar X menembus tubuh, ditangkap detector
Detektor bersifat sebagai scintillation counter, menangkap data-data koefisien attenuasi tubuh
Ada 2 macam detector: Xenon dan Solid state
Data-data ini diubah oleh komputer menjadi gambar
Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan USG. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis kista paru :
Hitung jenis darah
Tes fungsi paru (bila di paru-paru terbentuk jaringan parut, maka hasilnya akan menunjukkan bahwa jumlah udara yang dapat ditahan paru-paru berada di bawah normal)
Rontgen dada untuk mencari adanya pembesaran kelenjar getah bening
Kadar enzim ACE (pada banyak penderita, kadar enzim pengubah angiotensin dalam darah adalah tinggi)

Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul
Morfologi 8


Biopsi paru terbuka
EKG untuk mencari kelainan jantung.
Tes kulit tuberkulin (tuberkulosis dapat menyebabkan banyak perubahan yang mirip dengan sarkoidosis, karena itu dilakukan tes kulit tuberkulin untuk memastikan bahwa penyakitnya bukan tuberkulosis)
Skening galium (kadang dilakukan jika diagnosis masih meragukan, karena skening galium akan menunjukkan pola yang abnormal pada paru-paru atau kelenjar getah bening penderita)
MRI
Salah satu pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X
Keuntungan :
Tak menggunakan sinar X
Tak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat
Banyak pemeriskaan tanpa memerlukan zat kontras
Dapat menunjukkan parameter biologik (spektroskopi)
Potongan dapat 3 dimensi
Kerugian
Alat mahal
Pemeriksaan cukup lama
Pasien yang mengandung metal tak dapat diperiksa (alat pacu jantung, protese)

Diagnosa Banding 9
1. Amoebiasis Paru
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, di paru-paru.
Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil.

2. Ancylostoma (hookworm)
Dalam daur hidupnya cacing gelang akan melewati paru-paru. Jika seseorag kemasukan telur cacing gelang dan berada di paru-paru dalam jumlah banyak, maka ia akan menampakkan gejala batuk-batuk seperti sesak napas.
Ketika anak batuk-batuk, lalu diberi obat batuk tidak juga sembuh namun setelah mengonsumsi obat cacing malah batuknya sembuh, itu kemungkinan karena terinfeksi cacing gelang. Gejala ini tidak tampak pada penderita cacingan akibat cacing cambuk sebab larvanya tidak melewati paru-paru. Sementara itu, cacingan kronis karena cacing tambang menampakkan gejala berupa anemia.

3. Bronchiectasis
Bronkiektasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil.

4. Pneumonia and abcesses
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat

kista paru 3

Diagnosa
Alat utama untuk mendiagnosa kista paru adalah radiology, bronkoskopi dan sitologi. Jika seseorang mengalami batuk yang menetap atau semakin memburuk atau gejala paru-paru lainnya, maka terdapat kemungkinan terjadinya kista paru-paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya bayangan pada rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukkan gejala. Rontgen dada bisa menemukan sebagian besar kista paru, meskipun tidak semua bayangan yang terlihat merupakan kista. 1,2,3,4
Pengambilan foto dada serial setiap 6 bulan ternyata dapat mendiagnosa secara dini adanya kista paru, dengan minimal lesi mempunyai ukuran ± cm untuk dapat terlihat secara radiologis. Tomografi yang dilengkapi dengan computer membantu untuk membedakan lebih lanjut lesi yang dicurigai.
Bronkoskopi dengan biopsi merupakan teknik yang paling berhasil untuk mendiagnosa karsinoma sel skuamosa yang umumnya terletak sentral.
Biopsi kelenjar getah bening skalenus paling berhasil untuk diagnosis kanker yang tidak tercapai oleh bronkoskopi. CT scan bisa menunjukkan bayangan kecil yang tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening dan penyebarannya. Prinsipnya adalah : 3,4
Menggunakan berkas tipis sinar X untuk membuat potongan axial dari tubuh
Sinar X menembus tubuh, ditangkap detector
Detektor bersifat sebagai scintillation counter, menangkap data-data koefisien attenuasi tubuh
Ada 2 macam detector: Xenon dan Solid state
Data-data ini diubah oleh komputer menjadi gambar
Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan USG. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis kista paru :
Hitung jenis darah
Tes fungsi paru (bila di paru-paru terbentuk jaringan parut, maka hasilnya akan menunjukkan bahwa jumlah udara yang dapat ditahan paru-paru berada di bawah normal)
Rontgen dada untuk mencari adanya pembesaran kelenjar getah bening
Kadar enzim ACE (pada banyak penderita, kadar enzim pengubah angiotensin dalam darah adalah tinggi)

Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul
Morfologi 8


Biopsi paru terbuka
EKG untuk mencari kelainan jantung.
Tes kulit tuberkulin (tuberkulosis dapat menyebabkan banyak perubahan yang mirip dengan sarkoidosis, karena itu dilakukan tes kulit tuberkulin untuk memastikan bahwa penyakitnya bukan tuberkulosis)
Skening galium (kadang dilakukan jika diagnosis masih meragukan, karena skening galium akan menunjukkan pola yang abnormal pada paru-paru atau kelenjar getah bening penderita)
MRI
Salah satu pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar X
Keuntungan :
Tak menggunakan sinar X
Tak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat
Banyak pemeriskaan tanpa memerlukan zat kontras
Dapat menunjukkan parameter biologik (spektroskopi)
Potongan dapat 3 dimensi
Kerugian
Alat mahal
Pemeriksaan cukup lama
Pasien yang mengandung metal tak dapat diperiksa (alat pacu jantung, protese)

Diagnosa Banding 9
1. Amoebiasis Paru
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, di paru-paru.
Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan, bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil.

2. Ancylostoma (hookworm)
Dalam daur hidupnya cacing gelang akan melewati paru-paru. Jika seseorag kemasukan telur cacing gelang dan berada di paru-paru dalam jumlah banyak, maka ia akan menampakkan gejala batuk-batuk seperti sesak napas.
Ketika anak batuk-batuk, lalu diberi obat batuk tidak juga sembuh namun setelah mengonsumsi obat cacing malah batuknya sembuh, itu kemungkinan karena terinfeksi cacing gelang. Gejala ini tidak tampak pada penderita cacingan akibat cacing cambuk sebab larvanya tidak melewati paru-paru. Sementara itu, cacingan kronis karena cacing tambang menampakkan gejala berupa anemia.

3. Bronchiectasis
Bronkiektasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. ketegangan dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil.

4. Pneumonia and abcesses
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat

kista paru 2

Etiologi
Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan penyebabnya adalah suatu respon hipersensitivitas, keturunan, infeksi maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada usia 30-50 tahun dan sangat jarang ditemukan paa anak. 9,10

Gejala Klinis
Banyak penderita yang tidak menunjukkan gejala dan penyakitnya ditemukan pada saat menjalani pemeriksaan foto dada untuk keperluan lain. Jarang sampai terjadi gejala yang serus.
Gejala kista paru tergantung kepada luas dan cara penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Penderita kista paru seringkali menyadari bahwa batuknya semakin memburuk.
Jika kista tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap. Gejala yang timbul kemudian adalah hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelemahan. Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas.
Jika kista menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung. 2,4

Gejala kista paru tergantung dari luasnya penyakit :
Batuk
sesak nafas
Rasa tidak enak badan
Demam
luka di kulit
ruam kulit
sakit kepala
gangguan penglihatan
perubahan neurologis
pembesaran kelenjar getah bening (benjolan di ketiak)
pembesaran hati
pembesaran limpa
cepat lelah
penurunan berat badan.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :
pembentukan air mata berkurang
kejang
perdarahan hidung
kekakuan persendian
rambut rontok
mata terasa pedih, gatal dan belekan

Pada 15% penderita, penyakit ini menyerang mata. Uveitis (peradangan pada struktur internal mata tertentu) menimbulkan kemerahan pada mata, nyeri dan mempengaruhi penglihatan. Peradangan yang menetap untuk waktu yang lama, akan menyumbat aliran cairan untuk mata dan menyebabkan glaukoma, yang dapat menyebabkan kebutaan. Granuloma bisa terbentuk di konjungtiva (selaput bola mata dan kelopak mata). Kista ini sering tidak menyebabkan gejala.
Kista yang terbentuk di dekat sistem konduksi jantung dapat memicu terjadinya gangguan irama jantung. 10

Patofisiologi 5,6
Banyak jenis penyakit paru-paru mengarah ke pembentukan kista di paru-paru. Kelainan yang ditandai adanya udara dalam rongga dada bisa berkembang menjadi penyakit termasuk Langerhans sel histiocytosis, lymphaniomyomatosis, kista bronkiectasis, honeycombing dan confluent centrilobular empisema, paraseptal empisema dan bullae.
Berbagai mekanisme pembentukan kista susulan, termasuk penyumbatan pembuluh darah atau ischemic necrosis, dilatation bronchi, gangguan jaringan elastik paru, remodeling paru-paru, refractile fibrosis, dan check-valve effect stenosis bronchiolar.
Perbandingan perubahan ukuran kista selama pernapasan, perlu untuk mem pertimbangkan apakah ekspirasi memadai, dan akhirnya, intrathoracic anteroposterior atau garis tengah melintang sudah teratur.

kista paru

Kista, menurut DR. dr. T. Z.Jacoeb, SpOG-KFER, berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal di seluruh tubuh. Jadi sebenarnya kista tak hanya bisa tumbuh di indung telur atau di ujung saluran telur (fimbria) namun juga di kulit, paru-paru, usus bahkan otak. Bila produksi cairan di dalam kantong kista bertambah maka kista pun akan membesar. "Lambat laun kantong kista menipis dan sangat mungkin pecah. Sama halnya dengan balon yang rawan pecah saat ditiup semakin besar, " tambah Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Klinik Fertilitas & Menoandropause, SamMarie, Jakarta ini.
Faktor pemicu kista saat ini banyak sekali, di antaranya pencemaran udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Kondisi ini merupakan pemicu munculnya kista.
Kalau dalam satu keluarga ada kerabat dekat, seperti adik ibu, yang mengidap kista paru, maka gampang ditebak bahwa yang bersangkutan punya bakat kista di parunya. Makanan yang mengandung lemak tinggi pun bisa menjadi zat penyubur tumbuhnya kista. "Itu terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak dipecah dalam proses metabolisme tubuh.
Kelainan kongenital kista paru sering dijumpai secara tidak sengaja. Biasanya pada janin kelainan ini ditemukan pada pemeriksaan ultrasonografi. Gejala yang ditemukan intrauterin berupa hidrop fetalis, kelainan jantung, polihidramion dan adanya kelainan kongenital lain. Insiden secara pasti tidak diketahui, di duga sebesar 25% dari keseluruhan kelainan kongenital paru janin
Kista paru merupakan salah satu penyakit yang cukup sering terjadi. Di kalangan perokok khususnya, penyakit ganas ini telah menjadi ancaman utama. Kista paru ditandai oleh adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada paru-paru. 7,9.
Anatomi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar.
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. 1,2,3,4
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan. 5

Definisi
Kista paru adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal di paru-paru. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. 2,3,4
Para dokter memperkirakan adanya hubungan antara gen dengan kista paru. Untuk membuktikannya, kemudian dilakukan berbagai penelitian baik berupa riset epidemiologik sampai percobaan binatang. 5
Anatomi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar.
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.
Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. 1,2,3,4
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa.

efusi pleura habis

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari ruang lingkup hasil penelitian efusi pleura tuberkulosis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Peran BTA-sputum dalam menegakkan diagnosa efusi pleura tuberklosis sangat kecil, kepositifannya 23,46%.
2. Radiologi berperan dalam menegakkan diagnosa efusi pleura tuberkulosis, tingkat kepositifannya 52,94%
3. Peran Pemeriksaan M. tuberculosis cairan pleura dengan PCR (64,7%) lebih besar dibanding dengan BTA (2,94%)
4. Sebagian besar penderita yang didiagnosa secara klinik sebagai efusi pleura tuberkulosis (78,9%) menunjukkan PCR cairan pleura yang positif, pada sebagian kecil penderita dengan klinis efusi pleura tuberkulosis PCR hasilnya negatif. PCR didapatkan positif pada 40,6% penderita yang secara klinis menderita efusi pleura bukan tuberkulosis.
5. Negatifnya PCR pada cairan pleura tidak menyingkirkan kemungkinan tuberkulosis
6. Cara yang yang paling baik untuk mendiagnose efusi pleura tuberkulosis adalah menggunakan pemeriksaan PCR bersama pemeriksaan lain (radiologi).

Saran-saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai PCR dan pemeriksaan tambahan lainnya, untuk mencari gold standart diagnosa efusi pleura tuberkulosis.
Teknik pengambilan sampel untuk pemeriksaan BTA/kultur cairan pleura perlu dikaji lebih lanjut
Untuk meningkatkan diagnosa efusi pleura tuberkulosis, pemeriksaan PCR dapat dipakai, terutama untuk kasus-kasus dimana pemeriksaan diagmostik lain hasilnya negatif

efusi pleura 4

Kriteria diagnosa klinik efusi pleura karena Mycobacterium tuberculosis :
Efusi pleura dengan Rivalta positif,
Didukung oleh salah satu dari hal-hal di bawah ini :
Mantoux test positif kuat,
BTA sputum positif, dan
Gambaran radiologi tuberkulosis paru positif.

Hasil visualisasi pemeriksaan BTA dan PCR cairan pleura
Hasil-hasil foto pada pemeriksaan BTA dan PCR pada cairan pleura dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2. Pada gambar 2.1 merupakan hasil BTA positif ditunjukkan dengan arah panah, dimana ciri basil tersebut tampak ada warna kemerah-merahan sedang pada BTA negatif tidak tampak warna merah atau bersih.



Hasil visualisasi PCR (terlihat pada Gambar 3) dimana kuman M. tuberkulosis
pada sumuran menunjukkan nilai Bp.
Setelah suhu denaturasi dinaikkan menjadi 96 C dan suhu ekstensi 73,4 C maka hasil visualisasi band tampak jelas karena ensim yang bekerja seperti DNA polymerase, d-NTP dan Taq DNA polymerase sudah tepat atau mendekati optimum 75 - 80 C (Erlich, 1990 dan Innis, et al, 1990).








Gambar 3. Hasil visualisasi PCR pada kuman
M. tuberculosis, tb positif amplifikasi I, tb positif amplifikasi II, tb negatif, sampel isolat tb (kontrol)

Keterangan:
Sumuran 1 : Low DNA mass ladder.
Sumuran 2 : Tb. positif, amplifikasi I = 114 Bp
Sumuran 3 : Tb. positif, amplifikasi I = 114 Bp
Sumuran 4 : Tb. positif, amplifikasi II = 114 Bp Sampel Cair
Sumuran 5 : Tb. positif, amplifikasi II = 114 Bp
Sumuran 6 : Tb negatif.
Sumuran 7 : Amplifikasi I sampel isolat = 114 Bp
Sumuran 8 : Low DNA mass ladder

Diagnosa Banding
Lymphoma





Tampak opacification paru-paru kanan, khususnya daerah lobus bagian atas. Sebagian besar bronchi dapat dilihat, tetapi lebih kabur dibandingkan tanda khas udara-bronchogram. Pada gambar juga terlihat nodular disepanjang garis bronchi. Ada satu yang tidak jelas pada sub-paru-paru nodule di sela iga ke-3 depan tulang rusuk dengan tambahan nodule pada sela iga ke-4 dari tulang rusuk.



Encysted Pleural Effusion







Jantung tampak lebih besar hingga separuh garis tengah paru, tetapi volume paru normal. Fisura horisontal kelihatan pada daerah hitam bagian atas sela iga 3 dan meluas ke sebelah kanan hilum. Hilum yang kiri tertekan

Mesothelioma pada asbestosis










Volume paru bertambah besardan tampak beberapa nodular di daerah mid-zona sebelah kiri

Actinomycosis










Bayang-Bayang mungkin suatu kombinasi konsolidasi dan massa jaringan lunak. Gas dapat dilihat pada extra-pulmonary jaringan tersebut

Pengobatan
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi). Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.
Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=2&iddtl=147&UID=20070205203339125.162.42.243