Wednesday, August 5, 2009

efusi pleura 3

Gambaran Radiologik
Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam menentukan faktor penyebabnya(2,3).


( Efusi pleura kiri

Pada foto toraks terlihat perselubungan homogen dengan batas atas yang cekung atau datar, dan sudut kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan jumlah yang sedikit hanya akan memberikan gambaran berupa penumpulan sudut kostofrenikus(1,7).
Cairan berjumlah kurang dari 100 ml tidak akan terlihat pada foto toraks yang dibuat dengan teknik biasa. Bayangan homogen baru dapat terlihat jelas apabila cairan efusi lebih dari 300 ml(3). Apabila cairan tidak tampak pada foto postero-anterior (PA), maka dapat dibuat foto pada posisi dekubitus lateral(1,2,3,7).

DIAGNOSA
Diagnosa konvensional efusi pleura selama ini adalah dengan gejala klinik, radiologi dan laboratorium (rivalta, BTA/kultur sputum dan tes mantoux). Kelemahan diagnosa di atas, hasil rivalta positif yang diduga karena penyebab selain infeksi tuberkulosis misalnya; haemoptu, pneumoni, tumor dan infark paru (Light, 1988). Berdaarkan laporan Light (1988) diketahui bahwa hasil kultur pada efusi pleura tuberkulosis kurang dari separuhnya positif, sedang oleh Kamholz (1996) dilaporkan bahwa hasil kultur hanya 30 persen positif. Rendahnya hasil tersebut diduga karena jumlah basil pada cairan pleura kurang dari 10 bak teri/ml bahan (Joklik et al., 1992).

Pemeriksaan M. tuberculosis pada cairan pleura dengan cara pewarnaan dan lkultur belum ada publikasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa efusi pleura tuberkulosis adalah diagnosa molekuler atau dikenal dengan polymerase chain reaction (PCR). merupakan proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi urutan nukleotida secara in vitro (Retnoningrum, 1997) Grody (1994) menyatakan bahwa PCR adalah cara yang sangat ideal untuk mendeteksi patogen, karena PCR sangat cepat dan sensitif. Selain itu dengan pemilihan primer yang spesifik untuk patogen tertentu, tehnik ini mempunyai spesifikasi yang tinggi. Oleh Schluger (1996) dinyatakan tehnik PCR lebih cepat untuk mendeteksi basil tuberkulosis dibandingkan dengan kultur.
Pada prosedur kultur waktu isolasi dan indentifikasi lamanya 4-8 minggu serta jumlah organisme minimal 5.000 - 10.000 per cc.
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut :
Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan dalam rongga pleura.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Analisa cairan pleura
Bronkoskopi,
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.


Aspirasi Cairan Pleura
Selain bermanfaat untuk memastikan diagnosis, aspirasi juga dapat dikerjakan dengan tujuan terapetik(2,3). Aspirasi cairan (torakosentesis) dapat dilakukan sebagai berikut : penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau diletakkan di atas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat dilakukan pada penderita dalam posisi tidur terlentang. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di daerah sedikit medial dari ujung skapula, atau pada linea aksilaris media di bawah batas suara sonor dan redup. Setelah dilakukan anestesi secara memadai, dilakukan penusukan dengan jarum berukuran besar, misalnya nomer 18.
Kegagalan aspirasi biasanya disebabkan karena penusukan jarum
terlampau rendah sehingga mengenai diafragma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura parietalis tebal(2). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan makroskopik dan sitologik pada cairan yang diperoleh(1,6).

Pemeriksaan Cairan Pleura
Cairan efusi pleura pada umumnya merupakan suatu eksudat serta lazim bersifat hemoragik(1,3). Kadar protein pada umumnya tinggi (lebih dari 3 g/dl), demikian juga kadar LDH (di atas 200 UI). Kadar glukosa kurang dari 60 mg/dl, jumlah eosinofil meningkat, jumlah limfosit pada hitung jenis leukosit 50% atau lebih, dan jumlah eritrosit lebih dari 100.000/ ml(2,4).
Pemeriksaan sitologik cairan pleura memiliki arti yang amat penting dalam menegakkan diagnosis efusi pleura. Pada setiap penderita yang dicurigai mengidap efusi pleura, pemeriksaan sitologik cairan pleura merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan pertama kali(6). Ketepatan diagnosis pemeriksaan ini mencapai 60% dari semua penderita dan apabila dilakukan tiga kali, angka yang dicapai sekitar 80-90%(4,6).

Kriteria diagnosa klinik efusi pleura karena Mycobacterium tube

No comments:

Post a Comment

beri komentar dengan bahasa yg sopan.kami tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar.